Sejarah Sungai Pabelan Muntilan

 


Sungai Pabelan berada di lereng dan kaki barat Gunung Merapi. Sungai ini mempunyai 4 anak cabang, yaitu Sungai Senowo, Trising, Apu, dan Pabelan yang menyatu menjadi Sungai Pabelan, dan selanjutnya bermuara di Sungai Progo. Secara administrasi, Sungai Pabelan melintas di sebagian Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Sejarah aliran lahar pada Sungai Pabelan tercatat bahwa sungai ini jarang dilalui aliran lahar, kecuali pada Sungai Senowo yang daerah di  sekitarnya selalu mengalami kerusakan ketika terjadi erupsi. Berdasarkan catatan sejarah, kejadian aliran lahar yang mengalir ke Sungai Pabelan terjadi pada 28 Desember 1822, 22 September 1988 (Senowo dan Trising), 18/19 Desember 1930, 18 Januari 1954 dan 8 Mei 1961 (Lavigne, 1998), dan yang terakhir tahun 2011.  

 Berbagai waktu kejadian erupsi Gunung Merapi baik yang tercatat maupun yang belum tercatat dapat membuat arah aliran yang baru. Bukti bahwa ditemukannya alur-alur sungai purba Pabelan adalah adanya sisa endapan  lahar  berupa  bongkah andesit yang ditemukan  pada  alur-alur sungai mati yang berdekatan dengan Sungai Pabelan. Keberadaan bongkah besar tersebut membuktikan bahwa sungai itu pernah dialiri lahar. Berdasarkan kejadian sebelumnya, alur-alur yang pernah dialiri lahar, maka dimungkinkan dapat kembali terisi material lahar apabila terjadi erupsi yang besar atau sama dengan skala erupsi yang pernah mengaliri material ke sungai tersebut. 

Alur-alur sungai purba di Sungai Pabelan dapat ditemukan di Gunung Lemah, Desa Gondosuli (Gambar 1), Desa Menayu dan hilir sungai berada di Desa Progowati. Wilayah-wilayah bekas alur Sungai Pabelan ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan pertanian dan perikanan seperti yang ditemukan di Desa Menayu. Aliran lahar hujan pasca erupsi Merapi tahun   2010  telah  mengakibatkan berbagai kerusakan permukiman dan  fasilitas umum. Kerusakan ini dapat disebabkan karena kondisi alamiah  maupun  karena  aktivitas manusia. Kondisi alamiah berupa kelokan sungai dapat menyebabkan kerusakan rumah penduduk. Hal ini disebabkan karena laju aliran lahar yang tinggi dan menerjang ke segala arah. Akibatnya, ketika bertemu dengan kelokan sungai mengakibatkan permukiman yang berada di bantaran sungai mengalami kerusakan. Kondisi ini terjadi di Desa Menayu, Kabupatan Magelang yang berada pada bagian hilir Sungai Pabelan.

 Aktivitas manusia dan kesalahan pengelolaan sungai seringkali menyebabkan kerusakan yang dapat menimbulkan kerugian. Hal ini terjadi pada jembatan nasional yang menghubungkan Kota Muntilan dengan Kota Magelang. Pembangunan jembatan ini tidak memperhatikan adanya potensi aliran lahar yang dapat terjadi sehingga pada erupsi 2010 dan terjangan banjir lahar hujan tahun 2011 jembatan ini mengalami kerusakan da akibatnya menimbulkan kerugian yang cukup besar, karena terganggunya aktivitas lalu lintas. (tege akatsuki)

 


Komentar