Konsep Dasar Desa Bersaudara Untuk Penanganan Bencana Merapi

 


Model manajemen bencana dewasa ini berfokus pada upaya pengurangan resiko bencana (mitigasi bencana) bukan sekedar pada usaha tanggap darurat. Kabupaten Magelang merupakan wilayah yang sangat rawan bencana, terutama bencana erupsi Merapi. Perlu sebuah penanganan khusus karena Merapi selalu aktif dan akan memenuhi janjinya. Berkaca pada erupsi Merapi pada tahun 2010 yang sangat kacau, dimana pada waktu para pengungsi tidak tahu harus mengungsi kemana. Sehingga yang mereka lakukan adalah lari sejauh mungkin dari zona rawan bencana. Beberapa bahkan sampai lari mengungsi di luar kota hingga ke Sleman dan Semarang. 

Keadaan pada waktu sangat tidak terorganisir, warga Desa Ngargomulyo merasa tidak ada yang mengayomi sedangkan dari pemerintah Desa Ngargomulyo tidak tahu kemana saja warganya mengungsi. Bahkan beberapa posko pengungsian melebihi kapasitas penampungan karena jumlah pengungsi yang berdatangan diluar perkiraan yang berimbas pula pada ketidakmampuan relawan menyediakan fasilitas dan logistik. Belajar dari kekacauan tersebut maka dibentuk model penanganan bencana dengan model sister village yaitu satu desa rawan bencana akan diarahkan mengungsi pada satu atau beberapa desa yang menjadi penyangga mereka. Dalam model ini Desa Ngargomulyo menjalin sister village dengan Desa Tamanagung. Sehingga pada waktu simulasi penanganan bencana erupsi Merapi, warga Desa Ngargomulyo memiliki arah yang pasti dalam mengungsi. 

Pengungsian lebih terorganisir, bahkan penyediaan fasilitas serta logistik dapat disipakan secara akurat melalui sistem pendataan kedua desa. Warga akan merasa aman dan nyaman karena mereka bersama-sama mengungsi pada tempat yang jelas sudah disiapkan bagi mereka. Bahkan aktivitas pemerintahan Desa Ngargomulyo dapat tetap aktif di Desa Tamanagung. Sehingga sistem sister village merupakan model penanganan bencana yang tepat dilakukan di Kabupaten Magelang.(akatsuki tege)

Komentar