Mengenal Situs Peninggalan Lahar Hujan Merapi di Muntilan

 


Muntilan menjadi salah satu kota yang masih menyisakan cerita tentang dahsyatnya letusan Gunung Merapi, bukan hanya tahun 2010 yang masih segar dalam ingatan kita bersama.

Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Muntilan pada suatu ketika berkesempatan untuk melihat dan belajar seperti apa sesungguhnya yang terjadi jauh-jauh tahun ke belakang.

Menurut Dr. Ir Helmi Murwanto, M.Si seorang yang disiplin pada ilmu Geologi dan menjadi salah satu dosen pengajar di UPN Yogyakarta menuturkan dengan apik beberapa sungai yang berhulu di Merapi dan melintas di Muntilan yaitu Sungai Lamat, Sungai Blongkeng , Sungai Senowo dan Sungai Pabelan dengan beberapa anakan dari ke 4 sungai tersebut.

Dahulu kala  Sungai Lamat, Sungai Blongkeng dan Sungai Senowo dikenal dengan Nama Sungai (Kali) Sat di hulunya.

Pada tahun 1930 gunung Merapi mengalami erupsi yang dahsyat dengan indeks vulkanik (VEI) 3 yang mengarah ke barat dan tentu saja menjadi catatan penting karena saat itu Wedus Gembel (Material Piroklastik) mencapai Desa Pucanganom di Kecamatan Srumbung paling bawah tepatnya di Dusun Berokan yang kelak akan menjadi muasal banjir lahar hujan serius di Muntilan.

Saat Gunung Merapi mengalami erupsi pada tahun 1961 dan yang kemudian memicu banjir lahar hujan pada tahun itu juga terjadi fenomena dimana Sungai Blongkeng dan Sungai Lamat bertemu dan membentuk pusaran di Dusun Wonolelo, Kelurahan Muntilan hingga mencapai Dusun Ngadisalam, Desa Gunungpring dan pada saat itu disinyalir terdapat korban jiwa.

Menilik beberapa bukti peninggalan batu vulkanis di Dusun Gupit, Kelurahan Muntilan yang mana pada sisi kanan dan kiri dari dusun tersebut juga pernah terjadi hal serupa yaitu pertemuan Sungai Lamat dan Sungai Blongkeng akibat banjir lahar hujan namun peninggalan ini diperkirakan terjadi saat gunung Merapi erupsi pada tahun 1872 kalau bukan tahun 1822.

Pada abad ke 13 lampau erupsi Merapi masih mengarah ke barat dan diperkirakan material Piroklastik mencapai Desa Ngadipuro, Kec. Dukun dengan bukti-bukti sejarah yang sampai saat ini masih bisa ditemukan yaitu adanya peninggalan arang kayu di kedalaman sumur dan bukti ilmiah ini diyakini akibat dari erupsi gunung Merapi. banyaknya penemuan arang di kedalam sumur juga didapat di daerah Desa Dukun, Kecamatan Dukun.

Kekayaan sejarah hendaknya dipelajari dan dikonservasi supaya tidak hilang yang dikemudian hari bisa mengaburkan fakta, banyaknya batu-batu besar diantaranya di sepanjang Desa Wonolelo hingga Gunungpring telah menjadi saksi bisu akan dahsyatnya banjir lahar hujan di Muntilan kala itu yang saat ini batu-batu tersebut sebagian masih bisa kita lihat keberadaannya.

Diakhir sesi touring Dr, Ir, Helmi Murwanto , M.Si mengatakan " seharusnya ada upaya konservasi dibeberapa lokasi bekas terjangan banjir lahar hujan karena jika tidak ada maka bukan tidak mungkin situs itu hilang diambil manusia untuk kepentingan pembangunan" , lebih lanjut beliau menegaskan bahwa "Jangan pernah merubah nama desa/dusun karena sebuah nama pasti berkait erat dengan sebuah peristiwa pada saat itu". (akatsuki tege )

Salam Tanggap Tangkas Tangguh
 Muntilan Maret 2023.

Komentar